Linguistik
Tradisional dan Linguistik Struktural
Disusun Oleh
Edis Galingging 16110027
Priscilia Sianturi 16110028
Bangun Situmorang 16110029
Neva Sitorus 16110030
Debora Panjaitan 16110031
Mata
Kuliah :Linguistik
Umum
Dosen
Pengasuh :Elfrida Pasaribu,M.M
Grup : A
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas HKBP Nomensen
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkatnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terima kasih kepada ibu Dra.Elfrida
Pasaribu,M.M yang telah memberikan tugas ini .
Adapun
makalah ini diperbuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Linguistik Umum.
Kiranya makalah ini dapat menambah
pengetahuan kami dalam mengikuti mata kuliah Linguistik Umum.
Syalom,
Pematangsiantar, Oktober 2016
Penulis
1. Edis
Galingging 16110027
2.
Priscilia Sianturi 16110028
3.
Bangun Situmorang 16110029
4.
Neva Sitorus 16110030
5. Debora Panjaitan 16110031
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi
manusia, karena bahasa merupakan
salah satu pembeda antara hewan dan manusia. Hal ini
dikarenakan, hanya manusialah yang memiliki bahasa. Jadi, sudah seharusnya disyukuri
apa yang telah dikaruniakan oleh sang pencipta kepada kita, yaitu bahasa.
Bahasa sebagai salah satu alat komunikasi menunjukkan peran pentingnya didalam
kehidupan manusia. Manusia tanpa bahasa akan menimbulkan pesan yang akan
disampaikan menjadi terhambat, dikarenakan tidak adanya kesesuaian atau
pemahaman antara penutur dan penutur suatu bahasa. Pemahaman bahasa atau lebih
khususnya linguistik kini berperan penting dan menjadi fokus utama agar proses
berkomunikasi menjadi lebih mudah.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik
dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar tampak sangat rumit, saling
berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer,2003:332). Sejarah
linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran
linguistik. Salah satunya aliran tradisional yang menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat daan semantik. Untuk memahami lebih jauh bagaimana
terbentuknya tata bahasa tradisional didalam aliran tradisional yang telah
melalui masa yang sangat panjang, maka dari itu kita harus mempelajarinya
terbentuknya tata bahasa tradisional ini mulai zaman yunani sampai lahirnya
linguistik modern sekitar akhir abad ke 19.
Selain linguistik
tradisioanal, banyak aliran-aliran linguistik akan menimbulkan permasalahan tersendiri
bagi pemahaman dan pengetahuan para pengguna bahasa. Salah satu dari sembilan
aliran linguistik adalah aliran linguistik struktural. Linguistik struktural
yang merupakan salah satu aliran linguistik yang mengkaji bahasa dari ciri atau
sifat khas bahasa. Jika pemahaman akan aliran struktural kurang dipahami oleh
pengguna bahasa maupun para peneliti bahasa maka akan menimbulkan kesulitan
didalam proses pemahaman aliran-aliran linguistik yang ada khususnya aliran
struktural.
Oleh karana itu berdasarkan
paparan diatas dan dikarenakan sebagai tugas mata kuliah Linguistik Umum, maka
kami membahas mengenai Linguistik Tradisional dan Linguistik Struktural.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Apakah
pengertian aliran linguistik tradisional dan aliran linguistik struktural?
2.Bagaimanakah latar belakang munculnya aliran
linguistik tradisional dan aliran
linguistik struktural?
3.Apakah
ciri-ciri aliran tradisioanal dan aliran linguistik struktural?
4.Siapakah
tokoh aliran
tradisional dan
aliran linguistik struktural?
5.Apakah keunggulan dan
kelemahan dari aliran tradisional dan aliran
linguistik struktural?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian
aliran linguistik tradisional aliran linguistik struktural?
2. Mendeskripsikan latar belakang
munculnya aliran linguistik tradisioanal dan aliran
linguistik struktural?
3. Mendeskripsikan ciri-ciri
aliran tradisional dan aliran linguistik struktural?
4. Mendeskripsikan tokoh aliran
tradisional dan aliran linguistik struktural?
5. Mendeskripsikan keunggulan dan kelemahan dari aliran
linguistik tradisional
dan aliran
linguistik struktural?
BAB II
ISI
2.1
Linguistik
Tradisional
Aliran linguistik tradisioanl sama dengan aliran
fungsional yaitu kumpulan-kumpulan
Penjelasab dan aturan gramatik yang dipakai kurang
lebih selama dua ratus tahun lalu. Istilah tradisional dalam linguistik sering
dipertentangkan dengan istilah struktural. Tata bahasa tradisional menganalisis
bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa structural
menganalisis bahasa berdasarkan struktur dan ciri-ciri formal yang ada dalam
bahasa. Dalam merumuskan kata kerja misalnya tata bahasa tradisional mengatakan
kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian, sedangkan tata
bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang berdistribusi dengan
frase “dengan…”. Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional akan
dibicarakan akan dibicarakan berikut ini :
1.
Zaman Yunani ( abad ke 2-5 SM)
Studi bahasa pada zaman yunani memounyai sejarah yang sangat
panjang, yaitu dari lebih
kurang abad ke-5
SM. Sampai lebih
kurang abad ke-2 M. jadi, kurang lebih
sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah (1)
pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali.
Beberapa kaum atau tokoh yang
mempuyai peranan besar dalam studi pada zaman yunani yaitu :
1.1 Sophis
Muncul
pada abad ke-5 sebelum masehi mereka terkenal dalam
studi bahasa, antara lain:
a)
Melakukan kerja secara empiris.
b)
Melakukan
kerja secara pasti dengan mengunakan ukuran-ukuran tertentu.
c)
Sangat
mementingkan petorika dalam studi bahasa.
d)
Membedakan
tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah seorang tokoh sophis, phytagoras membagi kalimat menjadi kalimat
narasi tanya, kalimat jawab, kalimat
perintah, kalimat laporan, do’a dan undangan. Tokoh lain Gorgias menbicarakan
gaya bahasa.
1.2 Plato (429-347 Sebelum Masehi )
Dalam studi bahasa terkenal karena:
a)
Memperdebatkan analogi dan anomali
bukunya diolog, juga mengemukakan masalah bahasa alami dan bahasa
konvensial.
b)
Menyadarkan batasan bahasa yang
berbunyi: bahasa adalah meyatakan pikiran manusia dengan
perantara onomata dan rhemata.
c)
Orang yang pertama kali membedakan
kata dalam onoma dan rhema. Onoma ( bentuk tunggalnya onomata )
berarti nama dalam sehari-hari nomina, nominal dalam istilah bahasa,
subjek dalam hubungan subjek logis, sedangkan rhema berarti ucapan
sehari-hari, verba dalam istilah bahasa, prediket dalam hubungan predikat
logis keduanya merupakan anggota logis,yaitu kalimat atau klausa.
1.3 Aristoteles (384-322 Sebelum Masehi)
Dalam studi bahasa terkenal karena:
a) Menambahkan satu kelas lagi yaitu syndesmoi. Menurutnya
ada tiga macam kelas kata yaitu onoma, rhema,dan syndesmoi. Syndesmoi
yaitu kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubung
sintaksis (sama dengan reposisi dan konjungsi);
b) Membedakan jenis kelamin kata (gender)
menjadi tiga yaitu, maskulin feminin, dan neutrum.
1.4 Kaum Stoik (abad ke 4 Sebelum
Masehi)
Adalah
kelompok ahli filsafat
yang berkembang pada permula abad ke-4
SM, terkenal
karena:
a) Membedakan studi bahasa secara logika
dan studi bahasa secara tata bahasa.
b) Menciptakan istilah-istilah kuhsus
untuk studi bahasa.
c) Membedakan komponen utama dan studi bahasa
yaitu 1.tanda, simbol,sign atau semainon 2.makna, apa yang disebut
semainomen atau lekton 3.hal-hal di luar bahasa yakni benda atau
situasi
d) Membedakan legein, yaitu
bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu
ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna.
e) Membagi jenis kata menjadi
empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu
kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.
f) Membedakan adanya kata kerja komplet
dan kata kerja tidak komplet, serta kata kerja aktif dan kata
kerja pasif.
1.5 Kaum
Alexanrian
Kaum alexandrian menganut paham
analogi dalam studi bahasa, dari mereka kita mewarisi
sebuah buku tata bahasa yang bisebut
tata bahasa dionysius thrax .Buku itu sering disebut tata bahasa tradisonal
jadi cikal bakal tata bahasatradisonal berasal dari buku dionysius
thrax.
2.
Zaman Romawi ( abad ke 2-5 SM)
Studi bahasa pada zaman romawi
dapat dianggap kelanjutan dari zaman yunani, sejarah jatuhnya Yunani, dan munculnya zaman Romawi:
Ø
Varro dan “de lingua latina”
dalam buku De Lingua Latina, Varro masih memperdebatkan masalah analogi
dan anomali
buku ini dibagi dalam bidang-bidang etimologi,morfologi dan sintaksis.
·
Etimologi, adalah cabang
lingustik yang meyelidiki asal usul kata beserta artinya,
dan perubhan bunyi misalnya, kata duellum menjadi belum yang
artinya perang. perubahan makna misalnya kata hostis yang semula
berarti orang asing kemudian menjadi musuh.
·
Morfologi, adalah cabang lingustik
yang mempelajari kata dan pembentukannya menurut Varro kata adalah bagian
dari ucapan tidak dapat dibedakan lagi, yang nerupakan bentuk minimum. Varro
membagi tiga kelas kata latin dalam empat bagian,yaitu :
1) Kata
benda, termasuk kata sifat yakni kata yang berinfleksi kasus
2) Kata
kerja, kata yang membuat peryatan yang berinfleksi tense
3) Partisipel, kata
yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata kerja) berinfleksi
kasus dan tense
4) Adverbium, kata
yang mendukung (anggota bawah dari kata kerja) tidak berinfleksi.
Tentang kasus dalam bahasa latin menurut Varro ada enam,
yaitu: 1. nominativus, yaitu bentuk primer atau pokok; 2. genetivus, yaitu bentuk yang menyatakan
kepunyaan; 3. dativus, yaitu bentuk yang menyatakan
menerima; 4. akusativus, yaitu bentuk yang menyatakan objek; 5. vokatikus, yaitu
bntuk sebagai sapaan atau panggilan; dan 6. ablativus, yaitu bentuk yang menyatakan
asal.
v Institutiones
Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Buku ini sangat penting karena :
1)
merupakan buku tata bahasa latin
yang paling lengkap yang dituntukan oleh pembicarakan aslinya
2)
teori-teori tata bahasanya merupakan
tonggak-tonggak utama pembicaran bahasa secara tradisonal.
Berapa segi yang dibicarakan dalam
buku ini:
·
fonologi, dalam bidang ini
pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang disebut “litterae”.Litterae
adalah bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan.nama
huruf-huruf itu disebut figuerae, sedangkan nilai
bunyi itu disebut potestas.
·
morfologi, dalam bidang ini
dibicarakan mengenai dictio atau kata. Kata adalah bagian
yang minimum dari sebuah ujaran dan harus diartikan terpisah dalam
makna sebagai satu-kesatuan.
·
sintaksis, membicarakan tata susun
kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu selesai.
3.
Zaman Pertengahan
Yang dibicarakan dalam studi bahasa
pada zaman ini antara lain :
§ Peranan Kaum Modistae
masih membicarakan pertentang fisis
dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka menerima
konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat leguler dan bersifat
unversal.
§ Tata Bahasa Spekulativa
menurut tata bahasa spektulativa
kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk.
Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam berbagai cara, modus,
substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya.
§ Perus Hispanus
Perannya dalam linguistik :
a) Memasukkan
psikologi dalam analisis makna bahasa. Membedakan antara signifikasi utama dan
konsignifikasi yaitu pembedaan pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang
dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
b) Membedakan
nomen atas dan macam, yaitu nomen substan tivum dan nomen adjectivum.
c) Membedakan
partes dan orationes categoremetik dan syntategorematik.
4. Zaman Renaisans
Dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran
abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans yang
menonjol:
1) Penguasaan
bahasa oleh sarjana-sarjana pada waktu itu (Latin, Yunani, Ibrani, Arab)
2) Selain
bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah
juga perbandingan.
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak
di pelajari orang pada akhir abad pertengahan. Kedua bahasa itu diakui resmi
pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Linguistik Arab berkembang pesat
karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa Kitab Suci agama Islam, yaitu
Qur’an, menurut pendapat kebanyakan Ulama Islam tidak boleh di terjemahkan ke
dalam bahasa lain.
Ada 2 aliran Linguistik Arab:
1)
Aliran Basra (mendapat pengaruh
konsep dari zaman Yunani)
2)
Aliran Kufah (menganut paham
anomali)
5. Menjelang
Lahirnya Linguistik Modern
Ferdinand de Saussure dianggap
sebagai bapak Linguistik Modern. Masa antara lahirnya linguistik modern dengan
masa berakhirnya zaman reneisans ada satu tonggak yang sangat penting dalam
sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangat penting itu adalah
dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa sansekerta dengan
bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya.
2.2 Ciri-ciri Linguistik Tradisional
a. Bahasa
itu universal
b. Kajian
bahasa bertujuan menemukan kaidah-kaidah berpikir
c. Tujuan
belajar bahasa ialah kemampuan intelektual
d. Bahasa
induk atau Protobahasa ialah Latin dan Gerik
e. Tata
bahasa itu universal
f. Kalimat
ialah seperangkat kata-kata yang mengandung pikiran yang lengkap dan bermakna
utuh
g. Perbedaan
bahasa itu hanya kekecualian
h. Kalimat
dapat dianalisis dalam bentuk subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan
berdasarkan fungsi-fungsi logikanya
i.
Terdapat 10 kategori jenis kata
yaitu kata; benda kerja, keadaan, keterangan, ganti, bilangan, depan, sambung,
sandang, dan seru
2.3 Keunggulan
dan Kekurangan Linguistik Tradisional
KEUNGGULAN
|
KEKURANGAN
|
1.
1. Lebih tahan lama karena
bertolak dari pola pikir filsafat
|
1 . Belum membedakan bahasa dan tulisan sehingga
pengertian bahasa dan tulisan masih kacau
|
2.
2. Keteraturan penggunaan bahasa
sangat dibanggakan karena berkiblat pada bahasa baku
|
2 . Teori ini tidak menyajikan kenyataan bahasa yang
kemudian dianalisis dan disimpulkan
|
3.
3. Mampu menghasilkan generasi
yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena aliran ini senang
bermain dengan defenisi
|
3 . Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah
sehingga meskipun pandai dalam teori bahasa tetapi tidak mahir dalam
berbahasa di masyarakat
|
4.
4. Menjadikan para penganutnya
memiliki pengetahuan tata bahasa karena pemakaian bahada berkiblat pada pola
atau kaidah
|
4 . Level gramatikalnya belum rapi karena hanya ada
3 level yaitu : huruf, kata, dan kalimat
|
5.
5. Aliran ini memberikan
kontribusi besar terhadap pergerakan prinsip yang benar
|
5 . pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin
yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia
|
6 . Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi
oleh permasalahan jenis kata (Part of speech), sehingga ruang lingkup masalah
masih sangat sempit
|
|
7 . Objek kajian hanya sampai level kalimat sehingga
tidak komunikatif
|
2.4
Linguistik
Struktural atau Modern
Abdul
chaer (2007:346) menyatakan bahwa linguistik struktural ialah aliran yang
berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang
dimilki bahasa itu.
Aliran struktural adalah sebutan
yang diberikan pada paham bahasa yang berlandaskan pada pemikiran
Behavioristik. Jadi dengan didasari kepada paham behavioristik hakikat bahasa
itu dipandang dari perwujudan lahiriahnya, jadi di dalam taksonomi gramatika
disusun dari tataran terendah berupa fonem, morfem, frasa, klausa, sampai
tataran tertinggi yang berupa kalimat.
Teori Behavioristik merupakan salah
satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Paham behaviorisme memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, mengabaikan aspek-aspek mental.
Dengan kata lain paham behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat, dan perasaan individu dalam suatu kegiatan belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi suatu
kebiasaan yang dikuasai oleh individu.
Dari pengertian aliran struktural di
atas, dapat disimpulkan bahwa aliran struktural atau behavioristik adalah salah
satu aliran linguistik yang mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau
sifat khas dari bahasa itu sendiri.
2.5 Tokoh Aliran Struktural
1. Ferdinand de Sasussure
Ferdinand de Sasussure
dilahirkan di Swiss pada tanggal 26 November 1857. Beliau kuliah di Leipzig,
dan kemudian di Universitas Paris. Buah pikirannya tentang ilmu bahasa
dikumpulkan dan dibukukan oleh murid-muridnya yang diterjemahkan dengan judul
Cours de Linguistique Generale.
Berikut adalah hasil dari
buah pikiran Ferdinand de Sasussure berdasarkan buku Abdul Chaer (2012: 346)
dan Maksan & Ermanto (2011: 13).
a) Telaah Sinkronik dan
Diakronik
Menurut Chaer (2012: 347),
yang dimaksud dengan telaah bahasa secara sinkronik adalah mempelajari bahasa
pada kurun waktu tertentu saja. Sedangkan telaah bahasa diakronik adalah telaah
bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh
penuturnya. Maksan & Ermanto (2011: 14) menambahkan, pemisahan telaah
bahasa secara sinkronik dan diakronik dianggap sangat baru sewaktu zaman
Sasussure. Lain halnya dengan sekarang, pemisahan tersebut sudah di anggap
wajar.
Berdasarkan teori di atas,
dapat saya pahami bahwa dulunya tidak ada pemisahan telaah bahasa secara
sinkronik dan diakronik. Saussure kemudian mengemukakan studi tersebut, yang
berfungsi untuk membedakan kajian bahasa berdasarkan waktu.
b) La Langue dan La Parole
Chaer (2012: 347)
menjelaskan, la langue adalah sistem tanda yang yang berfungsi sebagai alat
komunikasi verbal antara anggota masyarakat yang sifatnya abstrak. Sedangkan la
parole adalah pemakaian langue oleh masing-masing anggota masyarakat yang
sifatnya konkret. Parole adalah wujud bahasa yang konkret dan dapat diteliti.
Maksan & Ermanto (2011: 13) menjelaskan bahwa la parole adalah manifestasi
bahasa secara individual. Parole adalah apa yang diucapkan oleh masyarakat.
Selain la langue dan la parole, juga ada le langage. Langage adalah
bahasa dalam pengertian umum, sebagai alat komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas,
saya menyimpulkan bahwa terdapat tiga komponen yang saling berkaitan dalam
kajian ini. Yaitu la langue, la parole, dan le langage. Ketiganya adalah bahasa
dalam pengertian yang berbeda dan memiliki kedudukannya masing-masing. Langue
merupakan bahasa tertentu yang digunakan seseorang. Parole adalah ujaran untuk
menyampaikan bahasa itu sendiri. Sedangkan langage adalah bahasa secara
menyeluruh.
c) Signifiant dan Signifie
Menurut Chaer (2012: 348),
signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam
pikiran kita. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada
dalam pikiran kita.
Dari teori di atas, saya
dapat memahami bahwa signifiant adalah kesan dalam pikiran yang muncul kita
saat mendengar oleh orang lain mengucapkan sesuatu. Sedangkan signifie adalah
pengertian yang ditangkap oleh pikiran kita.
d) Hubungan Sintagmatik dan
Paradigmatik
Menurut Chaer (2012: 349),
yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur
yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat
linear. Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan
yang terdapat dalam unsur-unsur suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis tidak
terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Maka, dapat saya simpulkan
bahwa dalam hubungan sintagmatik, unsur-unsur pada sebuah ujaran harus
berurutan. Jika tidak berurutan, ujaran tersebut bisa tidak bermakna. Sedangkan
pada hubungan paradigmatik, unsur-unsur yang berbeda ataupun sama saling
membentuk ujaran satu sama lain.
2. Franz Boas
Franz Boas adalah ahli
Geografi kelahiran Jerman. Ia adalah orang Amerika pertama yang menerapkan teori-teori
bahasa terhadap bahasa-bahasa yang berbeda di luar benua Eropa. Ia meneliti
bahasa-bahasa Indian di Amerika. Maksan & Ermanto (2011: 17) mengatakan,
hasil penelitian Franz Boas memberikan kesimpulan bahwa bahasa harus dipelajari
dengan memperhatikan struktur bahasa itu sendiri. Struktur bahasa yang satu
tidak sama dengan struktur bahasa yang lain. Boas memfokuskan penelitiannya
pada la parole.
Berdasarkan keterangan di
atas, dapat saya simpulkan bahwa struktur bahasa penting untuk dipelajari karena
struktur itulah yang membedakan satu bahasa dengan bahasa yang lain. Jika kita
ingin menguasai suatu bahsa, maka sangat penting untuk mempelajari strukturnya.
3.
Edward Sapir
Edward Sapir adalah
murid Franz Boas, yang pada mulanya seorang ahli antropologi dan akhirnya
tertarik pada ilmu bahasa.
Maksan & Ermanto
(2011: 17) menjabarkan tipologi bahasa Edward Sapir yang dibagi atas empat
macam, sebagai berikut:
a) Bahasa
Isolasi, yakni bahasa yang tiap-tiap unsurnya bebas, tidak terikat.
b) Bahasa
Aglutinasi, yakni bahasa yang elemen-elemen terikatnya ditempel-tempelkan.
c) Bahasa
Polisitetik, yakni bahasa yang elemen semantik pentingnya berupa bentuk
terikat.
d) Bahasa
Infleksi, yakni bahasa yang kata-katanya mengenal perubahan dalam bentuk
infleksi.
Dapat
saya simpulkan bahwa Edward Sapir membagi kajian bahasanya berdasarkan
keterikatan unsur bahasa dan perubahan bentuknya.
4.
Leonard
Bloomfield
Bloomfield
adalah orang pertama yang menjadikan ilmu bahasa otonom dan ilmiah. Bloomfield
sangat dipengaruhi oleh aliran Empirisme/Behaviorisme, yang mengkaji hal-hal
nyata saja seperti tingkah laku yang kasat mata. Dari data kebahasaan yang
ditemuinya di lapangan secara empiris itu, Bloomfield mengambil suatu
generalisasi yang menjadi kaidah ilmu bahasa sebagai kesimpulan akhirnya.
Maksan & Ermanto
(2011: 18) menjabarkan beberapa hal yang dikemukakan oleh Bloomfield sebagai
berikut:
a.
Peminjaman
b.
Masyarakat Bahasa
Masyarakat
bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan suatu bahasa untuk
berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari.
c.
Immediate Constituent
Immediate
constituent adalah konstituen yang secara langsung membentuk suatu konstruksi.
d.
Fonem
e.
Morfem
Berdasarkan
uraian di atas, saya setuju dengan uraian dari Maksan & Ermanto karena
jelas dan sesuai dengan empirisme. Teori-teori tersebut dapat disesuaikan
dengan kenyataan yang bisa kita temui sehari-hari, dan sesuai dengan teori yang
saya pelajari sebelumnya.
5. Preskriptif dan Deskriptif
Menurut Maksan & Ermanto
(2011: 22), sifat preskriptif ialah saat menganalisis bahasa, para ahli bahasa
cenderung mempertahankan kaidah bahasa yang berlaku. Sedangkan sifat deskriptif
artinya para pakar atau peneliti bahasa mendeskripsikan segenap gejala bahasa
yang digunakan oleh masyarakat.
Dapat saya simpulkan bahwa
sifat preskriptif akan membantu peneliti agar tidak melenceng dalam menganalisa
bahasa sesuai dengan kaidah yang sudah berlaku sejak lama. Namun, peneliti
tidak pula terpaku pada kaidah yang berlaku sejak lama, karena zaman akan
berubah-ubah.Maka, penggunaan sifat deskriptif berguna untuk melihat
perkembangan bahasa itu sendiri. Sehingga nantinya akan ada revisi atau
penyesuaian bahasa oleh para pakar.
2.6 Ciri-ciri Aliran Struktural
Soeparno (2002: 48)
menjabarkan ciri-ciri aliran struktural sebagai berikut:
1. Berlandaskan
pada paham behaviourisme.
Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-respon).
2. Bahasa
berupa ujaran.
Ciri ini menunjukkan bahwa
hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa. dalam pengajaran bahasa teori
struktural melahirkan metode langsung dengan pendekatan oral. Tulisan statusnya
sejajar dengan gestur.
3. Bahasa
merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan
konvensional.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa
pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant.
Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di
balik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud
fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
4. Bahasa
merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan sistem habit, pengajaran
bahasa diterapkan metode latihan danpraktik yakni suatu bentuk
latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk kebiasaan.
5. Kegramatikalan
berdasarkan keumuman.
6. Level-level
gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level gramatikal mulai ditegakkan
dari level terendah yaitu morfem sampai level tertinggi berupa kalimat. Urutan
tataran gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Tataran
di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.
7. Analisis
dimulai dari bidang morfologi.
8. Bahasa
merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik
9. Analisis
bahasa secara deskriptif.
10.
Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
Unsur langsung adalah unsur yang
secara langsung membentuk struktur tersebut. Ada empat model analisis unsur
langsung yaitu model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.
2.7 Aliran Struktural
Abdul
chaer (2007:346-359) mengatakan bahwa linguistik struktural
berusaha mendiskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang
dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep
atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan
oleh Bapak Linguistik Modern, yaitu Ferdinand de Saussure.
Teori ini berlandaskan pola pikir
behaviouristik. Aliran ini lahir pada awal abad XX yaitu pada tahun 1916.
aliran ini lahir bersamaan dengan lahirnya buku ”Course de linguistique
Generale” karya Saussure yang juga merupakan pelopor aliran ini. Ia dikenal
sebaga Bapak Strukturalisme dan sekaligus Bapak Linguistik Modern. Tokoh-tokoh
yang merupakan penganut teori ini adalah : Bally, Sachahaye, E. Nida, L. Bloomfield,
Hockett, Gleason, Bloch, G.L. Trager, Lado, Hausen, Harris, Fries, Sapir,
Trubetzkoy, Mackey, jacobson, Joos, Wells, Nelson.
Linguistik strukturalis
memiliki beberapa aliran, yaitu :
a.
Aliran Ferdinand de Saussure
b.
Aliran Praha
c.
Aliran Glosematik
d.
Aliran Firthian
e.
Aliran Linguistik Sistemik
f.
Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
g.
Aliran Tagmemik
a.
Aliran Ferdinand de Saussure
Ferdinand
de Saussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangan
yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale yang disusun dan
diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915.
Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep :
1). Telaah Sinkronik dan Diakronik
2). Perbedaan La Langue dan La Parole
3). Perbedaan Signifiant dan Signifie
4). Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik
b.
Aliran Praha
Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah
seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius(1882-1945). Tokoh-tokoh lainya adalah
Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle. Pengaruh mereka sangat
besar disekitar tahun 30an, terutama dalam bidang fonologi.
c.
Aliran Glosemik
Aliran Glosemik lahir di Denmark. Aliran ini dikembangkan
oleh, Louis Hjemslev(1899-1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure.
Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu
yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis dan
terminologis sendiri.
Analisis bahasa dimulai dari wacana, kemudian ujaran
dianalisi atas konstituen-konstituen yang mempunyai hubungan paradigmatik.
Menurut Hjemslev suatu teori bahasa itu harus tepat , maksudnya harus memenuhi
syarat untuk diterapkan pada data empiris tertentu, yaitu bahasa. Sedangkan teori
itu agar dapat dipakai secara empiris haruslah konsisten, tuntas, dan
sederhana.
Menurut Hjemslev yang sejalan dengan pendapat de Saussure
menganggap bahasa itu mengandung dua segi yaitu segi ekspresi (menurut de
Saussure; signifiant) dan segi isi (menurut de Saussure; signifie). Segi
ekspresi yaitu segi dimana suatu bahasa dilihat dari proses pengungkapan atau
pernyataan. Sedangkan segi isi yaitu segi dimana bahasa dilihat dari apa yang
dikandung daripada bahasa itu sendiri.
d.
Aliran Firthian
Aliran ini diprakarsai oleh John R. Firth (1890-1960).
Beliau adalah guru besar di Universitas London yang terkenal karena teorinya
mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, aliran yang dikembangkannya dikenal
dengan nama Aliran Prosodi; tetapi di samping itu dikenal pula dengan nama
Aliran Firth, atau Aliran Firthian, atau Aliran London.
Fonologi Prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti
pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokok prosodi, yaitu:
1. Prosodi yang menyangkut gabungan fonem,
seperti :
a) struktur kata,
b) struktur suku kata,
c) gabungan konsonan, dan
d) gabungan vokal.
2. Prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda.
3. Prosodi yang realisasinya melampaui
satuan yang lebih besar daripada fonem-fonem suprasegmental.
Selain mengungkapkan teori prosodi, Firth juga mengungkapkan
pandangan mengenai bahasa. Dalam bukunya yang berjudul The Tongues of Man
and Speech (1934) dan Papers in Linguistics (1951) Firth berpendapat bahwa
telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis yaitu komponen tentang perkembangan
masyarakat. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang
yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan masyarakat.
e.
Aliran Linguistik Sistemik
Aliran ini diperkenalkan oleh salah seorang murid Firth yang
mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dangan segi
masyarakat bahasa, yaitu M.A.K. Halliday. Sebagai penerus Firth dan berdasarkan
karangannya Categories of the Theory of Grammar, maka teori yang dikembangkan
oleh Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian Linguistics atau Skala dan
Kategori Linguistik. Namun, kemudian ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics
atau Linguistik Sistemik.
f.
Leonard Bloomfield dan Strukturalis
Amerika
Nama Leonard Bloomfield(1877-1949) sangat terkenal karena
bukunya yang berjudul Language (terbit pertama tahun 1933), dan selalu
dikaitkan dengan aliran struktural Amerika. Nama stukturalisme lebih dikenal
dan menyatu kepada nama aliran linguistik yang dikembangkan oleh Bloomfield dan
kawan-kawannya di Amerika. Aliran ini berkembang pesat di Amerika pada tahun
30-an sampai akhir tahun 50-an.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran
ini, antara lain :
1) Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah
yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan
atau dijelaskan. oleh karena itu, Bloomfield dan kawan-kawan ingin memerikan
bahasa-bahasa Indian itu.
2) Oleh karena adanya iklim filsafat yang berkembang pada
masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme Bloomfield dalam memerikan
bahasa aliran struturalisme ini selalu mendasarkan penjelasannya pada
fakta-fakta objektif yang dapat dicocokkan dengan kenyataan-kenyataan yang
dapat diamati.
3) Adanya hubungan yang baik antara para linguis-linguis
itu, karena adanya persatuan linguis-linguis Amerika, yang menerbitkan
majalah Language, yaitu tempat melaporkan hasil kerja mereka.
Salah satu yang menarik dan merupakan ciri aliran
strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan
pentingnya data yang objektif untuk menjelaskan atau memerikan suatu bahasa.
Pendekatannya bersifat empirik, yaitu sesuai dengan apa yang dialami oleh para
linguis.
Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para
pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi, atau aliran Bloomfieldian
atau post-Bloomfieldian, karena bermula atau bersumber pada gagasan Bloomfield.
Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan
unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
g.
Aliran Tagmemik
Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Pike, seorang tokoh
linguistik, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfield, sehingga aliran ini
juga bersifat strukturalis. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis
adalah tagmem ( kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘susunan’).
Tagmem adalah korelasi atau hubungan timbal balik antara
fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat
saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
2.8
Analisis Bahasa
Linguistik
struktural berusaha mendiskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat
khas yang dimiliki bahasa itu. Hal ini merupakan kaibat dari konsep-konsep atau
pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh
bapak Linguistik Modern, yaitu Ferdinand de Saussure.
A. Ferdinand de Saussure (1857 – 1913)
1. Telaah
sinkronik dan diakronik
a. Telaah bahasa sinkronik adalah
mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun
waktu tertentu saja. Contoh: Mempelajari Bahasa Indonesia yang digunakan pada
zaman Jepang.
b. Telaah bahasa diakronik adalah
telaah bahasa sepanjang masa atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh
penuturnya.Jadi, kalau mempelajari Bahasa Indonesia secara diakronik harus
menelaah bahasa yang dimulai sejak zaman Sriwijaya sampai zaman sekarang.
2.
Perbedaan langue dan parole
a. La langue adalah keseluruhan
sistem tanda yang berfungsi sebagai alat
komunikasi verbal antara anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak.
b. La parole adalah pemakaian atau
releasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa. Sifatnya konkret
karena parole tidak lain dari realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu
dengan orang yang lain. Jadi, dalam hal ini yang menjadi objek telaah
linguistik adalah langue yang dilakukan melalui parole, karena parole itu
merupakan wujud bahasa yang konkret
3.
Perbedaan signifiant dan signifie
a. Signifiant adalah citra bunyi atau
kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita.
b. Signifie adalah pengertian atau
kesan makna yang ada dalam pikiran kita Jadi, signifie itu adalah maknanya,
sedangkan signifiant itu adalah bunyi bahasanya dalam bentuk urutan fonem-fonem
tertentu
4.
Hubungan sintagmatik dan paradikmatik
a. Hubungan sintagmatik adalah
hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam
suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear.
Hubungan sintagmantik ini terdapat dalam tataran fonologi, morfologi maupun
sintaksis.
Pada
tataran fonologi tampak pada urutan fonem-fonem pada sebuah kata yang tidak
dapat diubah tanpa merusak makna itu, apabila kata itu diubah urutan
fonem-fonemnya maka akan berubah maknanya atau tidak bermakna sama sekali.Ø
Contoh: k i
t a
k
i a t
k
a t i
k
a i t
i
k a t
Pada
tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata, yang
juga tidak dapat diubah tanpa merusak makna dari kata tersebut. Ada kemungkinan
maknanya berubah tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama sekali.Ø
Contoh:
Kata segitiga tidak sama dengan tigasegi
Kata barangkali tidak sama dengan
kalibarang
Pada
tataran sintaksis tampak pada urutan kata-kata yang mungkin dapat diubah,
tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut,
atau menyebabkan tak bermakna sama sekali.Ø
Contoh:
- Urutan katanya bisa diubah tanpa mengubah makna kalimat:
Hari ini barangkali dia sakit
Barangkali dia sakit hari ini
- Urutan
katanya diubah menyebabkan makna kalimatnya berubah:
Nita melihat
Dika
Dika melihat
Nita
a.
Hubungan
paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang
bersangkutan. Hubungan paradigmatik dapat dilihat dengan cara substitusi, baik
pada tataran:
è Fonologi
Contoh: Hubungan antara bunyi
/r/,/k/,/b/,/m/, dan /d/ yang terdapat pada kata-kata rata, kata, bata, mata
dan data.
Morfologi
Contoh: Hubungan antara prefiks me-,
di-, pe- dan te- yang terdapat pada kata-kata merawat, dirawat, perawat dan
terawat.
è Sintaksis
Contoh: Hubungan antara
kata-kata yang menduduki fungsi subjek, predikat dan objek.
Contoh:Ali membaca koran; Dia
memakai baju; Ani makan kue
B.
Aliran Praha
Struktur formal menyangkut
unsur-unsur gramatikal kalimat tersebut, yaitu subjek dan predikat
gramatikalnya.
Contoh
subjek gramatikal yang berada didepan objek:
ü
Nenek
melirik Kakek
(Nenek adalah subjek gramatikal,
sedangkan Kakek adalah objek gramatikal).
Struktur
informasi menyangkut situasi faktual pada waktu kalimat itu dihasilkan, struktur
informasi menyangkut unsur tema dan rema. Tema adalah apa yang dibicarakan,
sedangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.
ü
This
argument I can’t follow
(this argument adalah tema/subjek
psikologis, sedangkan I adalah rema/objek psikologis)
2.9 Keunggulan dan Kekurangan Linguistik
Struktural
KEUNGGULAN
|
KEKURANGAN
|
6.
1 . Aliran ini sukses membedakan
konsep grafem dan fonem
|
1. bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara
tegas
|
7.
2. Metode drill dan practice
membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
|
2. Metode drill dan practice sangat memerlukan
ketekunan, kesabaran, dan sangat menjemukan
|
8.
3. Kriteria kegramatikal
berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyarakat awam
|
3. Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap
berlangsung secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan mesin
|
9.
4. Level kegramatikalan mulai rapi
mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat
|
4. Kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman,
suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum
|
10. 5.
Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data
|
5. Faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan
dalam analisis bahasa
|
6. Objek kajian terbatas sampai level kalimat, tidak
menyentuh aspek komunikatif
|